Tuesday, October 13, 2015

Interview with Tsugaeda



Ok, ini wawancara saya (Ftroh) dengan penulis Crime Thriller muda Indonesia, yang belakangan ini sedang bersinar yaitu Ade, atau yang lebih kita kenal dengan nama Tsugaeda.

Beberapa waktu yang dia menerbitkan novel terbarunya Sudut Mati, sebuah novel bertema kejahatan korporasi. Saya penasaran dengan ide-ide darimana dia bisa membuat novel yang cukup greget ini.


1. Langsung saja, meski saya sudah membaca cepat novel baru anda. Tapi, saya masih belum mengerti kenapa novel ini disebut Sudut Mati? Apa arti dan maknanya?

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

Sunday, September 20, 2015

Interview dengan Brahmanto Anindito, Penulis "Tiga Sandera Terakhir"


Kali ini ThrillerID akan mewawancarai seorang penulis thriller yang baru saja meluncurkan karya terbarunya berjudul "Tiga Sandera Terakhir". Novel terakhirnya ini adalah sebuah thriller militer yang bercerita tentang pasukan khusus militer Indonesia yang melakukan operasi sangat rahasia di pedalaman Papua untuk membebaskan sandera. Bukunya bagus, lho! ThrillerID sudah mengulasnya di link ini.
Brahmanto Anindito, Penulis Tiga Sandera Terakhir

Thanks to Mas Brahm yang sudah meluangkan waktu buat ThrillerID. Sila disimak perbincangannya di bawah ini:
============

Hai, Mas Brahm. Selamat untuk novelnya "Tiga Sandera Terakhir". Thriller militer yg keren! Biasanya sih, kalo interview, pertanyaan pertama, pasti pada nanya inspirasi dapat darimana. Tapi, di buku "Tiga Sandera Terakhir" Mas Brahm dah cerita detil soal itu pada halaman pengantar, hehe. Jadi sekarang, pertanyaannya: berapa lama riset, dan pengerjaan dari awal sampai naskah jadi?

Terima kasih. Di microsite Tiga Sandera Terakhir (www.warungfiksi.net/tiga-sandera-terakhir) juga ada informasi tambahan, lho. Kalau ada waktu, monggo dibaca-baca.

Yang jelas, ide besar cerita ini sudah digulirkan sejak pertengahan 2012. Garapnya aja yang lama. Karena, temanya lebih sulit dibanding novel-novelku sebelumnya, risetnya lebih memeras otak, beberapa kali vakum buat nunggu jawaban atau sekadar izin wawancara yang belum tentu dikabulkan, bolak-balik mengubah outline. Belum lagi, sejak akhir 2013 suhu politik mulai tinggi gara-gara pilpres. Aku emoh novelku dianggap mendukung calon tertentu, Bro! Sehingga, terpaksa vakum dulu.


Draft pertama baru kelar pada medio 2014. Setelah itu, diskusi dengan editor-editornya, revisi, editing ejaan dan bahasa, terus masuk antrean percetakan. Akhirnya, nongol deh pada Juni 2015. Nah, saat itu, pilpres sudah selesai, kan? Sudah tenang. Sebuah karya pun sudah tidak relevan lagi bila dituduh sebagai bagian dari kampanye politik pihak tertentu, hehehe....

Kalau kuperhatikan yah, tema ini sebenarnya, kan, sensitif, karena menyangkut masalah politik yang beneran ada dan masih berlangsung (separatis Papua). Apa nggak ada kekuatiran kalau ini bakal kontroversial? Misalnya dituduh menyinggung SARA, dll? Gimana Mas mengakalinya?

Ah, nggaklah. Dalam novel, nggak ada usaha menyindir atau menjelek-jelekkan suku atau ras tertentu, kok. Kalaupun ada, itu kan opini dari seorang tokoh. Bukan ide keseluruhan cerita. Pesan besar novel ini justru "kemanusiaan", "persatuan", "perdamaian", dan "ajakan untuk sama-sama memajukan Papua".
Tentu kita tidak bisa memuaskan seluruh kalangan pembaca. Kalau Tiga Sandera Terakhir dibaca orang OPM, mungkin mereka menuduhnya sebagai propaganda TNI. Di lain sisi, salah satu narasumberku yang pro-NKRI protes, "Tapi ya TNI jangan dibikin seperti ini, dong! Dukung, dong, negara sendiri!" Terus, editorku juga bilang, "Brahm, kamu ini pendukung idealisme OPM, ya?"
Lho, jadi ini bagaimana? Aku ini pro-OPM atau pro-NKRI, sih? Aku mah apa, atuh? Hahaha.... Tapi sejujurnya, aku cuma ingin menulis dengan cara jurnalis memandang dunia. Diusahakan obyektif dan tidak berpihak. Toh pada akhirnya, ceritaku berangkat dari peristiwa dan tokoh-tokoh riil. Bahkan beberapa adalah dialog-dialog riil! Selama masa riset pun aku mencoba memahami peristiwa penyanderaan oleh OPM itu dari dua sudut pandang yang berlawanan. Dari berbagai versi cerita. Lalu, ditambah bumbu entertainment, jadilah Tiga Sandera Terakhir.

Mengakali supaya tidak dituduh SARA? Mengakali sih mustahil, ya. Aku hanya bisa meminimalkan. Caranya? Ya seperti cara orang-orang Hollywood: Kalau ada tokoh busuk dari ras tertentu, hadirkan pula tokoh baik dari ras itu. Kalau tokoh dengan agama tertentu di-set sebagai antagonis, ya imbangi dengan tokoh beragama itu sebagai protagonis. 

Ide nasionalisme Indonesia kental banget di sini. Pembaca akan bisa menilai kalau penulisnya memang menggiring ke situ. Apa Mas Brahm memang sengaja begitu? Dalam novelnya akan selalu mengangkat nasionalisme?

Sebenarnya, baru kali ini lho aku menulis berkaitan dengan nasionalisme. Itu pun bukan sengaja. Aku penasaran dan tertantang menulis thriller militer. Kalau sudah berkaitan dengan orang-orang militer, mau apa lagi, tokoh-tokohnya mikirnya ya "nasionalisme", "patriotisme", "NKRI", "kepahlawanan", "rela binasa demi negara", dan hal-hal semacam itu, bukan?
Tapi, apa novel-novelku berikutnya akan selalu begini? Tidak selalu. Tergantung mood, hahaha....

Boleh cerita, bagaimana cara membangun karakter-karakternya Mas? Karena di TST ini ada tokoh-tokoh yang unik dan menarik. Misalnya Kolonel Nusa, lalu Kresna, dan ada juga Nona, cewe Papua yang trengginas juga.

Standar aja, kok. Kasih "identitas KTP", gambarkan fisiknya, sifat-sifatnya, bayangkan siapa dia di dunia nyata (bisa hasil modifikasi dari seorang teman, tokoh masyarakat, artis, atau murni imajinasi kita), lalu letakkan dia dalam alur dan bayangkan bagaimana perilakunya dalam situasi seperti itu. Jadi, deh!

Mas Brahm tipe penulis yang bikin outline dulu apa nggak? Apakah semuanya sudah terencana, atau Mas nulis mengalir saja?

Bikin, dong. Aku kan nggak jago "ndongeng mengalir spontan" seperti Stephen King. Outline bagiku seperti peta. Tanpa peta, aku bisa tersesat dan nggak sampai-sampai. Wong dengan peta aja aku masih suka muter-muter, entah itu karena memang pingin mampir sana-sini atau benar-benar tersesat.

Siapa penulis yang paling disukai dan paling berpengaruh dalam kepenulisan Mas?

Ini pertanyaan berat dan maaf kalau hanya bisa kujawab, "Entahlah." Aku suka Stephen King, Dan Brown, Anne Rice, Bram Stoker, Clara Ng, Dahlan Iskan, M. Fauzil Adhim, dll. Tapi tidak semua karya mereka aku suka. Dan aku juga tidak ingin menulis dengan gaya seperti mereka. Aneh, ya?

Sisipan-sisipan humor dalam dialog tokoh-tokoh di TST juga menarik. Ada treatment khususkah soal ini? Apakah terinspirasi dari dialog-dialog yang beneran pernah didengar? Atau spontan mengalir saja? Soalnya suka pas banget momennya. Misalnya soal debat klub sepakbola itu, dan juga soal nama kode tim penyerbu di babak akhir.

Hihihi, itu hanya buah dari berkali-kali membaca ulang naskah, sehingga sesekali muncul ide, "Kalau dibikin gini, rasanya lucu, kali ya! Kalau ditambahi gini, rasanya adegannya jadi lebih segar, nih...." Gitu aja.

Ada komentar soal genre thriller di novel Indonesia?

Masih sepi penggemar, mungkin. Pembaca kita seperti takut membaca sesuatu yang "mengerikan", yang bikin terbawa sampai mimpi. Nggak pa-palah, biar pun akibatnya adalah royalti yang tidak bisa diandalkan untuk hidup, hahaha....

Boleh kasih bocoran ke pembaca, apa nih proyek penulisan berikutnya?

Ada beberapa. Ada yang settingnya di Papua lagi, di Blora, di Semarang, atau di Kalimantan. Tapi yang sudah 20 persen, novel thriller berlatar Blora, kota kelahiran Pramoedya Ananta Toer. Ini cerita dengan tokoh anak SD yang secara tiba-tiba.... ah, kapan-kapan saja ceritanya. Hehehe....

Okeeh. Sementara itu dulu Mas. Terima kasih atas waktunya. Sukses untuk tulisan berikutnya!

Sama-sama, Bro Ade. Oh ya, aku mengajak teman-teman penulis dan pembaca di ThrillerID untuk selalu saling bertukar ilmu dan saling mendukung. Demi semarak dan bervariasinya dunia literasi Indonesia. Juga demi kondusifnya iklim thriller di Indonesia.
tsugaeda

Review Novel "Tiga Sandera Terakhir"



Kaver Novel Tiga Sandera Terakhir 

Wawancara dengan penulisnya bisa di simak di sini.

Jadi, sebenarnya di Indonesia banyak banget bahan buat dijadikan cerita thriller. Kalau kita baca koran sebentar aja, kita udah bisa nemuin banyak kabar yang menyulut premis-premis keren.
Salah satunya tentang operasi-operasi militer TNI.

Sebelum ini saya, sih, sering baca biografi para mantan prajurit di medan perang. Kebanyakan memang keren-keren (contoh: bukunya Sintong Panjaitan). Tapi, saya tuh belum pernah menemukan penulis Indonesia yang mengangkatnya ke dalam fiksi murni, alias novel, dan mengemasnya jadi thriller yang nagih.

Sampai kemudian saya nemu novel “Tiga Sandera Terakhir” (TST) karya Brahmanto Anindito. Saya sebelumnya ndak kenal sama beliau (bukan karena belio yang gak terkenal, tapi lebih ke saya yang kurang pergaulan, he.he). Tapi, setelah selidik punya selidik, ternyata Mas Brahm ini bukan pertama kalinya bikin novel. Ada tiga novel lain yang terbit sebelum ini, tapi baru di novel TST ini belio membawakan tema militer. 

Sinopsisnya begini: 

Penyanderaan brutal terjadi di sebuah desa di Papua. Korbannya lima orang—warga negara Indonesia, Australia, dan Perancis. Semua telunjuk segera mengarah ke OPM, Organisasi Papua Merdeka. Namun, OPM sendiri menyangkalnya. Mereka menegaskan bahwa pihaknya sudah lama tidak menggunakan cara-cara ekstrem seperti itu, demi perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

Lantas, siapa dalang penyanderaan itu? TNI enggan berteka-teki terlalu lama. Satuan Antiteror Kopassus di bawah pimpinan Kolonel Larung Nusa segera diturunkan ke Bumi Cenderawasih. Tapi, malang tak bisa ditolak. Korban malah berjatuhan, baik di pihak sandera maupun anggota Kopassus. Salah seorang anggota bahkan dinyatakan hilang secara misterius di belantara Papua.

Kolonel Nusa mulai menyadari bahwa lawannya ini bukan sekadar milisi OPM. Melainkan pasukan khusus seperti dirinya.


Seru ya?
Tapi terus terang, sebelum membaca, saya rada skeptis. Yakin nih bikin novel militer? Ntar katro? Saya rada trauma soalnya gegara pernah nonton film Indonesia yang ngambil tema militer (perjuangan kemerdekaan gitu sih), yang menurut saya super katro, tapi sampe dibikin tiga seri. Aneh ya? KZL dah!

Tapi...
Komentar setelah baca….
Wih, ternyata TST bagus, lho!  Rapi, seru, efisien. Kelihatan Mas Brahm nggak main-main ketika merancang bangun ceritanya dan melakukan riset (data-data kemiliteran, lokasi, cukup mendetil). Saya juga salut dengan gaya Mas Brahm yang efisien dalam berkata-kata (yang mana itu bagus dalam thriller). 

Saya juga kepincut dengan sisipan-sisipan humor dalam novel serius ini. Menurutku, momennya pas. Misalnya ketika salah satu prajurit kopassus ditawan musuh, lalu diikat dan dibawa naik perahu di Sungai Mamberamo. Si prajurit yang kayaknya udah pasti bakal mampus ini malah ngelawak, nanya ini tempatnya masih jauh nggak, soalnya dia bentar lagi mau ada les gitar. 

Atau perdebatan antara prajurit-prajurit tentang siapa tim sepak bola paling oke di negara ini. Atau gimana mereka ngasih nama kode buat masing-masing untuk penyerbuan terakhir. Lawakannya pintar dan jitu, bisa menyatu dengan suasana thriller yang udah dibangun penulis sedari awal. 

Poin oke lainnya adalah gimana penulisnya menceritakan adegan-adegan aksi, mulai dari baku tembak dan baku hantam, yang cukup variatif dan tidak membosankan. Tapi, di kesempatan lain penulis juga kasih kita adegan khas thriller, yaitu ketika Tim Hantu yang sudah membawa persenjataan lengkap menuju operasi super rahasia, kena razia polisi. Di mana sebenarnya awalnya tidak terjadi perkelahian, tapi bayangan kalau sebentar lagi akan ada kekacauan membuat pembacanya deg-degan berharap jagoan-jagoan ini bisa lolos.  Saya jadi ingat adegan di bar bawah tanah film Inglorious Basterds deh. Sport jantung tuh. 

Lalu kritiknya apa..?
Ada, dong, yaitu: Kurang panjang! Hehe, tapi ini beneran deh. Saya, sebagai tukang ngomel nomer satu untuk urusan fiksi thriller (tentu ini klaim sepihak), ngerasa gatel pengen minta penulisnya mendalami lebih jauh soal tokoh-tokoh utama novel ini. Kasih drama dikit boleh laaah. Menurutku, jika ada bab-bab tambahan untuk explore itu hubungan antara Kolonel Nusa dengan anaknya, atau ceritakanlah lebih dalam lagi tentang masa lalu-masa lalu anak-anak buahnya yang sial itu. 

Saya sih pengen lebih mengenal mereka bukan hanya sebagai prajurit di medan tempur. Dan sebenarnya Mas Brahm sudah nggoda-nggoda dikit dengan kasih latar belakang-latar belakang mereka yang menurut saya sangat menarik (salah satu jagoannya itu ceritanya dipecat TNI karena kasus narkoba lalu luntang-lantung main judi dan mabok-mabokan, ini oke banget buat di-explore). Sayangnya kisahnya berhenti sampai di situ.

Oke misi mereka sukses. Jagoan-jagoan kita ini menang, lalu mereka pulang. Tapi saya juga pengen tahu gimana cerita tentang mereka-mereka ini sebagai manusia. Ada yang berubah nggak ya dari hidup mereka? Apa pengalaman di Papua ini mengubah jati diri/nasib mereka? Tentu peristiwa sedahsyat penyerbuan itu (hampir merenggut nyawa mereka semua) bikin masing-masing dari mereka merefleksikan diri dan ada pengaruhnya dong. Itu ngaruhnya gimana? Kepo euy. 

TERUTAMA TENTANG NONA PAPUA CAKEP BADASS ITU SIAPA DIA DAN KE MANE DIA NGILANGNYA YEEEE????

Tolong beri kami kejelasan, Mas!  
*nagih sekuel.
tsugaeda

Thursday, September 10, 2015

Kupas Enigma - Sesion 1


Serial kriminalitas dan police procedural seperti CSI cukup sukses di Amerika Serikat sana. Sayang, di Indonesia belum ada yang menggarapnya dengan serius. Keadaan itu berubah saat NET. TV menayangkang ENIGMA. Salut buat NET. !

Sumber: NET. TV

ENIGMA, seperti yang tertulis di website NET., adalah serial yang mengadopsi kisah drama investigasi pemburuan kasus kejahatan. Pembuat Enigma mengaku menggarap serial ini dengan serius. Seperti yang ditulis Gatra.com, Ferry Salim mengaku tertarik untuk berperan di serial ini karena penggarapannya yang serius. Bahkan, Shanker RS—produser Enigma—membuat klaim bahwa Enigma adalah serial kriminalitas terbaik di Asia.



Sumber: Gatra

Penggarapan yang serius, menjadi yang pertama dan yang terbaik di Asia, membuatku tertarik untuk menonton. Tulisan ini dibuat setelah menonton serial pertama Enigma, KASUS PEMBUNUHAN ALANA. Fokus tulisan ini adalah aspek cerita. Tanpa panjang lebar, mari kita mulai mengupas Enigma.

1. Pembukaan
Menurut Google, Enigma artinya sesuatu yang misterius atau mengandung teka-teki.

Arti EnigmaSumber: Google.com

Melihat pembukaan Enigma, sepertinya judul itu cocok karena serial ini memang menjanjikan sebuah teka-teki untuk dipecahkan oleh para tokoh dalam cerita.
Cerita dibuka dengan gambaran seorang pemulung yang berada di sebuah padang ilalang. Ia berteriak minta tolong karena menemukan sesosok mayat.

Singkat kata, cerita dibuka dengan penemuan mayat seorang wanita. Menurutku, pembukaan Enigma sangat pas (terlepas dari aspek akting si pemulung yang kaku). Seperti sebuah teka-teki, cerita ini memang seharusnya dimulai dengan pengenalan masalah. Penemuan mayat membuka gerbang berbagai pertanyaan untuk bergentayangan di benak penonton.

2. Pengenalan Tokoh
Setelah menunjukkan masalah yang harus dipecahkan, adegan berlanjut dengan pengenalan tokoh. Dimulai dengan gambaran seorang perempuan cantik berpakaian serba hitam menelepon rekan kerjanya bernama Ardi yang sedang membeli kopi.

Adegan selanjutnya, saat Ardi dihadang oleh 3 orang membuatku tersenyum. Adegan ini cukup mengusik. Aku cukup mengerti, cerita ini perlu untuk memperkenalkan tokoh Ardi: bahwa ia tampan, agak konyol, dan jago beladiri. Sayang caranya agak lebay. Bayangkan, preman kampung mana yang berani mengeroyok penyidik polisi dari divisi pembunuhan? Jika saja Ardi menunjukkan menunjukkan lencananya, ketiga orang itu mungkin akan mencium tangan Ardi lalu berlalu sambil minta maaf.

Sisanya, tokoh-tokohnya tampak klise, khas polisi seperti yang dibayangkan banyak orang. Tidak ada yang perlu digali dan diperhatikan dari para tokoh polisi. Tampaknya, produser ingin bermain aman. Mengapa tidak buat komandan yang nyelenehngga jaim , sementara anak buahnya serius?

3. Risiko
Pada adegan awal ditunjukkan bahwa sang komandan sendiri yang turun ke TKP.
Aku jadi bertanya-tanya, Sepenting itukah kasus ini? Lalu pada beberapa adegan disebutkan bahwa komandan dan para polisi ingin kasus ini cepat terungkap. Lebih hebat lagi, pada sesion pertama ini, sang komandan tidak tanggung-tanggung. Beliau menugaskan 3 orang penyidik!

Sayangnya aku tidak mendapati adegan ataupun potongan petunjuk yang menyatakan bahwa sangat penting bagi polisi untuk memecahkan kasus ini secepatnya.

Jika kau menonton film atau serial kriminalitas yang bagus, kau pasti akan ditunjukkan mengapa tokoh protagonis harus memecahkan kasus secepat mungkin. Misalnya ada pembunuhan lain yang akan segera terjadi jika kasus ini tidak terselesaikan, atau ada orang penting yang akan terkena imbas jika kasus ini tidak cepat terungkap, atau mungkin ada musibah yang lebih besar jika kasus ini tidak segera terungkap.

Namun pada Enigma, yang terbaca olehku imbasnya hanya pada ibu korban yang selalu histeris, ayah korban yang selalu tampak bingung dan menyesal, serta teman-temannya. Tidak ada risiko yang besar.

Untuk kasus seperti ini, tampaknya polisi tak perlu buru-buru. Setidaknya kesan itu yang aku dapatkan dari sesion pertama ini.

4. Cara Penjabaran Fakta
Sebagian besar pengungkapan fakta pada sesion pertama ini adalah melalui buku harian korban dan interogasi terhadap ibu dan ayah korban. Alat cerita yang dipakai adalah flashback. Jadi, saat tokoh membaca buku harian atau tokoh menjawab pertanyaan, maka penonton akan mengikutinya lewat adegan kilas balik. Efeknya, penonton akan merasa seperti mendapatkan potongan-potongan puzzle. Trik yang tepat dan cerdas!

Sayangnya, Enigma sering kebablasan. Saat kilas balik dari buku harian misalnya, aku sering melihat adegan yang tidak ada tokoh Alana di sana. Bagaimana mungkin Alana bisa menuliskan sesuatu yang tidak ia alami? Juga pada saat interogasi ibu Alana. Meskipun sang Ibu berulang kali menjawab tidak tahu atau menggelengkan kepala, tapi adegan kilas balik berhasil menayangkan kejadian. Jadilah aku bingung, benarkah adegan kilas balik itu berasal dari buku harian atau jawaban interogasi? Darimana datangnya adegan itu?

Hal ini mengingatkanku pada kesalahan para penulis pemula ketika membuat cerita dari sudut pandang orang pertama. Mereka sering kebablasan menuliskan adegan yang tidak bisa diamati oleh tokoh pencerita.

5. Otopsi
Serial kriminalitas hampir selalu punya adegan otopsi. Otopsi pada serial jenis ini bisa memberikan banyak petunjuk. Di film-film kriminalitas yang bagus, otopsi memberikan kontribusi yang besar pada pemecahan kasus. Lihatlah film CSI, forensik punya porsi dan andil yang sangat besar di sana.

Sayangnya, adegan otopsi pada Enigma terasa seperti tempelan saja, sebuah adegan yang tidak penting. Dokter yang melakukan otopsi mengatakan hal umum yang sudah diketahui penonton. "Alana tewas karena luka tembak di dada dan tewas tadi malam," demikan inti dari hasil otopsi dokter itu.
Cuma itu?
Bagaimana dengan luka di kaki kirinya? Apakah Alana ditembak dari jarak dekat atau jauh? Organ apa yang rusak? Adakah tanda-tanda kekerasan? Adakah tanda-tanda perlawanan? Sudah cek kuku korban? dan lain-lain.

Harusnya, Dokter itu bisa tampak lebih cerdas dan menyakinkan jika bisa menjelaskan petunjuk-petunjuk  yang cerdas. Lalu, saat melihat gambar ini, aku jadi tidak yakin si dokter ini kerja.
  Otopsi di Enigma
Sumber: Enigma, NET TV

Luka tembak pada tubuh Alana tampak tidak mematikan. Bagaimana korban bisa mati, Dok? Pelurunya miring hingga menembus jantung? Atau ada pembuluh darah yang kena dan korban kehabisan darah?
Aku agak yakin, dokter itu tidak bisa menjawab pertanyaanku di atas karena dia tampak tidak membedah korban. Jika saja dokter itu membedah, dengan membuat insisi Y misalnya (insisi yang lain adalah I dan T), maka bekas sayatan akan tampak seperti di bawah.
  Insisi Y

Dan ini, Halo Dok, ngapain juga ente terus-terusan elus bibir Alana? Enigma otopsi 2
Sumber: Enigma, NET.

6. Metode Investigasi
Para penyidik menjadikan buku harian korban sebagai lead untuk investigasi. Mereka mulai menyidik nama-nama yang tertera di buku harian ini. Ya, aku tahu, Enigma memang berharap untuk menebar aroma ikan hering ke banyak tokoh dengan harapan cerita akan berjalan panjang. Sebenarnya, aku agak berharap para tokoh bisa menunjukkan cara investigasi yang menarik dan mencerahkan. Sayangnya metodenya ini justru bertele-tele dan membosankan.

Mengapa tidak mulai dari kapan korban meninggal? Siapa orang terakhir yang melihat korban masih hidup? Di mana TKP (maaf, padang ilalang ada di mana-mana), berapa jauh jarak TKP dari rumah, tempat kuliah, atau tempat teman-temannya? Korban ditembak menggunakan pistol apa? Siapa kira-kira yang punya akses ke senjata semacam itu? Apakah ada jejak mesiu di tangan korban? (kalau ada, mungkin korban bunuh diri). Dan pertanyaan-pertanyaan realistis lain yang seharusnya diburu oleh polisi.

Menurutku cukup aneh, tim polisi yang berhasil menemukan orang tua dan rumah korban bertanya kepada ibu korban tentang apakah korban mempunyai adik. Lalu pada saat investigasi polisi tidak tahu kalau ibu korban sudah bercerai, dan masa sih polisi tidak mengerti bahwa kalau suami-istri bercerai dan istri tidak punya catatan kriminal atau masalah,  hak asuh anak akan jatuh kepada istri? 

Intinya, serial yang berlabel police procedural, apalagi dengan embel-embel terbaik di Asia, seharusnya bisa menampilkan adegan yang dekat dengan fakta. Tanpa hal itu, maka penonton, apalagi penggemar genre kriminalitas, tidak akan bisa menikmati cerita karena mereka merasa logika mereka dikhianati.

7. Harapan Penonton 
Sebagai penonton dari serial ini sebenarnya hanya dua hal yang aku inginkan:
Yang pertama aku ingin tahu siapa pembunuhnya? (Semoga ini bukan kasus bunuh diri, kalau bunuh diri, betapa kecewanya aku).

Yang kedua aku ingin menonton bagaimana cara para penyidik memecahkan kasus ini.
Bagi penonton, hiburan menonton serial kriminalitas adalah mengikuti tokoh polisi untuk memecahkan kasus.

Sepertinya Enigma masih terpengaruh berat dengan serial-serial drama yang tayang di Indonesia. Semoga keadaan ini bisa diperbaiki di masa depan.

Terima kasih sudah membaca.

Salam.
***
Ronny Mailindra

Ronny Mailindra adalah penulis novel thriller dan fantasi. Berdomisili di Bandung, penyandang gelar M.Sc. in eBusiness ini sehari-hari bekerja sebagai software engineer.

Saturday, August 22, 2015

Tips menciptakan karakter antagonis



Saya membaca banyak hal tentang Thriller di Indonesia, namun sedikit sekali fiksi Thriller yang membawakan karakter antagonis atau penjahat yang benar-benar kuat.

Sedikit sekali rasanya, meski pada kenyataannya Indonesia punya begitu banyak penjahat, punya begitu banyak orang stress dan gila.


1. Lihatlah orang jahat disekeliling kita

Untuk membuat karakter antagonis yang nyata, lihatlah para penjahat yang nyata yang ada di sekeliling kita. Begitu banyak orang yang menyebalkan bukan, yang membully atau yang menghina dan mengejek.

Beberapa karakter penjahat ada yang tampil begitu cerewet, yang lain ada penjahat yang cool sedikit bicara banyak bekerja.

Dan kadang menjadi karakter penjahat nggak harus membunuh atau melakukan tindakan fisik, beberapa merupakan penjahat yang jauh lebih efektif yaitu penjahat yang menghancurkan hati si protagonis sehancur-hancurnya.


2. Semua penjahat memiliki cerita

Buatlah back-story untuk mereka, apa perjalanan hidupnya? Apa yang membawanya sampai ke sini?

Apa yang membuat dia layak untuk dicintai? Kenapa dia menjadi musuh dari si protagonis? Apa yang dia lakukan?

Terkadang ada banyak penjahat yang justru awalnya adalah orang baik, orang yang sangat baik dan memiliki empati berlebih terhadap orang lain.

Namun karena satu kejadian mereka berubah. Semuanya berubah, dan justru dia berada di sisi lain kemanusiaan, sisi dimana dia melakukan hal-hal yang sebelum dia benci.

Dan lebih dari itu kuncinya adalah membuat cerita yang membuat pembaca bersimpatik terhadap penjahat tersebut.


3. Para penjahat punya motivasi, sesuatu yang menggerakan mereka.

Karena mereka meyakini apa yang mereka perbuat bukanlah sesuatu yang jahat, sebaliknya mereka berbuat sesuatu yang benar, sesuatu yang seharusnya terjadi.

Tyler Durden contohnya dia diciptakan oleh sebagai alter-persona untuk melawan penindasan.

Selama ini Jack lemah dan selalu tertindas oleh Boss-nya, selama ini Jack lemah pada banyak hal, termasuk iklan produk-produk, dia membeli apa yang tidak dia butuhkan untuk sesuatu yang absurd.

Karena itulah tercipta Tyler Durden, sosok yang kuat yang bisa melakukan apapun, sosok yang bisa melawan semua kelemahannya. Tapi kemudian Jack sadar bahwa Tyler sudah kelewat batas, karena itu dia harus menghentikan Tyler.


4. Buat pembaca bersimpatik pada mereka

Jujur, seburuk apapun perbuatan Joker di film Dark Knight, justru saya bersimpatik padanya. Joker itu sadis tapi dia punya, apa namanya... wibawa, kharisma, sekaligus rasa sedihnya sendiri.

Joker itu dibenci sangat menyebalkan sekaligus juga sangat dicintai, sampai Christopher Nolan menjadikannya penjahat pamungkas dalam Film Batman-nya. Saya bahkan nggak ingat kalau ada musuh-musuh lain di Trilogy Film itu.


5. Buat ikatan yang kuat antara si penjahat dengan si jagoan

Salah satu kunci untuk membuat pembaca/penonton bersimpatik pada karakter antagonis adalah dengan membuat ikatan antara si penjahat dengan si jagoan.

Semakin kuat ikatannya, semakin kuat gejolak emosi dan konflik antara mereka berdua, maka akan semakin bersimpatik pembaca pada karakter tersebut.

Contohnya pada Light Yagami si pembunuh berantai dalam serial Death Note. Light bukan hanya memiliki latar belakang yang kuat serta motivasi dan pembenaran atas tindak kejahatan.

DIa juga memiliki hubungan yang kuat dengan L. Lawliet si detektif yang memburunya. Ikatan yang kuat baik itu dari beberapa persamaan maupun clash yang terjadi di antara mereka.


6. Dan yang terpenting diantara semuanya, buat mereka berkarakter.

Antagonis yang hebat, antagonis yang keren itu adalah antagonis yang berkarakter. Dia memiliki ciri, ciri yang ketika kita menyebut namanya kita akan langsung membayangkan seperti apa wujudnya.

Contoh James Moriarty menyebut namanya kita langsung terbayang dosen matematik yang tua dan angkuh, Joker kita bisa membayangkan senyumnya yang lebar dan rambut yang hijau, Lex Luthor si jenius kaya-raya berrambut plontos, atau Bezita si pendek pemarah yang mengenakan baju biru ketat.

Semuanya berkarakter, dan semua yang berkarakter itu memorable, mudah untuk kita ingat.


Ok, ini sedikit dari saya semoga bisa membantu teman-teman yang sedang mencari ide.
.  .  .


Referensi:
The Antagonist's point of view by Ebailey
How to write a Great Antagonis by Ava Jae

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

Tuesday, July 21, 2015

Karakter penjahat di Thriller Indonesia




Berapa banyak si penjahat yang kita kenal, berapa banyak penjahat yang kita ingat dalam dunia fiksi Indonesia. Banyak film action thriller di Indonesia, banyak film superhero; Wiro Sableng, Si Buta, Gundala, Si Pitung dan lain sebagainya. Kita kenal para jagoannya tapi kita tidak kenal siapa lawan-lawan mereka.

Siapa yang ingat nama musuhnya Willy Dozan di serial Deru dan Debu, atau siapa yang ingat nama musuhnya Ari Wibowo di serial Darah dan Cinta, atau siapa lawan Panji Manusia Milenium atau Sarah 008?Kita kenal nama-nama tersebut, namun kita tidak kenal siapa nama-nama musuhnya? Mereka terlalu mudah dilupakan? Ya seperti yang saya bilang di blog saya, kelemahan orang Indonesia adalah menciptakan karakter penjahat.

Ok, dibawah ini adalah karakter-karakter penjahat paling memorable dalam dunia fiksi Indonesia.


1. Mak Lampir

Tentu saja, jangan ngaku orang Indonesia kalau belum pernah mendengar nama Mak Lampir. Semua orang Indonesia tahu nama itu.

Bahkan nama itu sering dijadikan presetan, kadang untuk beberapa orang dijadikan nama panggilan untuk cewek yang menyebalkan.

Sosok Mak Lampir menjadi fenomenal sejak kemunculannya dalam film Misteri Gunung Merapi di tahun 80an yang diperankan oleh Farida Pasha, dan terus sampai sekarang dia menjadi salah satu karakter penjahat paling legendaris yang ada di Indonesia.


2. Si Mata Malaikat

Ini adalah Arch-Enemy yang paling saya ingat dalam berbagai kisah pendekar terutama kisah Jaka Sembung dan Si Buta dari Goa Hantu.

Si Mata Malaikat adalah pendekar buta yang menjadi Arc-Enemy dari Jaka Sembung. Gw ingat Si Mata Malaikat diperankan oleh Adven Bangun, dan Jaka Sembung diperankan oleh Barry Prima.

Karakter Mata Malaikat juga merupakan Arc-Enemy dari Si Buta dari Goa Hantu, gara-gara Si Mata Malaikat menghabisi keluarga si Buta, jadilah si Buta belajar ilmu tanpa mata tersebut untuk mengalahkan si Mata Malaikat


3. W D Muchtar

Saya ingat salah satu musuhnya Jaka Sembung yang lain yang terkenal dengan ilmu Rawa Ronteknya.

Dia adalah W D Muchtar, selain ilmu serangan jarak jauhnya dia terkenal dengan tubuh yang immortal sekalipun sudah dipotong-potong tapi asal dia bisa menyentuh tanah, maka potongan-potongan tubuhnya itu akan kembali menyatuh.

Ilmu yang keren, bahkan sebelum ada Terminator 2 Judgement Day dengan T-1000 yang bisa menyatuh kembali jika menyentuh tanah.


4. Mad Dog

Untuk generasi 2010an, tentu saja siapa yang tidak kenal dengan Mad Dog dari The Raid yang diperankan oleh Kang Yayan Ruhian. Dengan jargonnya "Biar lebih greget!"

Saya suka dengan karakter ini, dia sadis, lincah, dan memiliki kekuatan yang melampaui fisiknya, dia hebat bisa bertarung dan mengalahkan Komandan Jaka yang diperankan oleh Joe Taslim, dan bertarung sangat sengit melawan Iko Uwais dan Donny Alamsyah.

Untuk saya, karakter Mad Dog mengingatkan saya dengan Bezita yang menjadi Arch-Enemy dari Son Goku di serial Dragon Ball.


5. Syeik Siti Djenar

Dia adalah Arch-Enemy dari Sunan Kalijaga

Saya lupa siapa yang memerankan Syeik Siti Djenar pada saat itu. Tapi gw ingat pertarunngan antara si Syeik dengan Sunan Kalijaga. Mereka berdua sama-sama memiliki ilmu-ilmu yang tingkat tinggi.

Saya ingat si Syeik menguasai kekuatan 4 elemen; tanah, air, api, dan udara. Dia juga mengusai ilmu perubahan, dia bisa berubah menjadi apapun yang dia mau termasuk berubah menjadi bayangan.


6. The Assassins

Yang diperankan oleh Cecep Arif Rahman dalam film Raid 2 Berandal.

Tadinya saat melihat trailernya di youtube, saya kira Assassins adalah aktor Jepang ternyata dia adalah orang Indonesia.

Assassins begitu memorable dengan senjata-nya Karambit, serta stamina bertarungnya yang tak terhentikan meski sudah berlumuran begitu banyak darah.


7. Hammer Girl

Cewek cantik bule dengan dua buah palu di genggaman tangannya.

Siapa yang tidak ingat akan Julie Estelle, saya rasa dia akan terus dikenang dengan perannya tersebut sampai 50 tahun ke depan.


8. Blur

Dari novel Metropolis - Windry Ramadhina, Blur adalah Boss Mafia, dalang dibalik berbagai kejahatan yang terjadi di penjuru kota Jakarta.

Saya suka karakter ini, seperti namanya -Blur merupakan sosok yang kabur, dia adalah bayangan di atas air yang berguncang, anonim tanpa identitas yang pasti. 


9. Tuan Shinpei

Dia adalah Prof. James Moriarty versi dunia fiksi Tere Liye, muncul di dua novelnya; Negeri Para Bedebah dan Negeri DiUjung Tanduk sebagai sosok Bos penjahat.
ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

Daftar novel thriller di Indonesia




Sebenarnya begitu banyak novel action thriller ataupun crime thriller asli Indonesia. Sayangnya karena kurangnya promosi dan ketidakpedulian kita, nama-nama tersebut menjadi kurang didengar apalagi dilhat. Ok, dibawah ini adalah novel-novel thriller yang populer beberapa tahun belakangan ini.


Es Ito

Rahasia Meede


Novel ini bercerita tentang harta karun Belanda yang tersembunyi di seputaran Jakarta, dan dua agen intelijen Indonesia terlibat dalam pencariannya.







Negara Kelima



Ini berkisah tentang teori bahwa Atlantis, negeri yang hilang berada di lautan Nusantara. Dua orang ahli sejarah mencarinya dan memburu harta terpendam tersebut, melibatkan kepolisian dan orang-orang disekitarnya termasuk misteri pembunuhan berantai para gadis SMA.





Tere Liye

Negeri Para Bedebah



Ini berkisah tentang sebuah Bank besar yang nyaris kolaps dan seorang konsultan keuangan yang merupakan anak dari keluarga pemilik bank tersebut.

Namun aksi-aksi si konsultan keuangan lebih dari sekedar analisa dan lobi-lobi, si konsultan terjun dalam perkelahian dan baku tembak ala agen rahasia Amerika.


Negeri di Ujung Tanduk



Sequel dari NPB, di sini si konsultan keuangan membuka cabang lain yaitu cabang konsultasi politik.
Dia membantu klien-nya yang saat ini sedang menjadi calon Presiden, sekaligus bertarung dengan kelompok mafia yang dahulu membantai keluarganya.





Brahmanto Anindito

Satin Merah



Novel crime thriller tentang penyelidikan dua orang penulis Sastra Sunda terhadap seorang rekannya yang menghilang secara misterius, pada akhir penyelidikannya justru membawa hasil yang mengejutkan




Rahasia Sunyi


Ini bercerita tentang seorang pemuda yang menyelidiki kematian mantan pacarnya yang sedang dalam perjalanan menuju gunung Kerinci








Tiga Sandera


Novel ini mengambil tema militer thriller, berkisah tentang penyanderan yang terjadi di Papua oleh sekelompok pemberontak, lalu tim pasukan khusus diterjunkan kesana, nama belakangan ada banyak rahasia yang terungkap


 




Putra Perdana Kusuma

Biru Indigo



Salah satu favorit saya, ini berkisah tentang 3 orang dengan latar belakang berbeda; Elang, Rikko, dan Amelia yang disatukan oleh sebuah kesamaan yaitu kemampuan di atas manusia normal 

Merah Magenta

Sequel dari Biru Indigo yang melibatkan organisasi rahasia yang mengumpulkan anak-anakmuda dengan kekuatan supranatural, seperti sebelum tim Elang harus bertarung melawan musuh yang sangat kuat yang menguasai organisasi tersebut dari balik bayangan.


Vinca Callista

Seruak


Tentang sekelompok mahasiswa yang melakukan KKN di sebuah desa yang belakangan mereka menemukan misteri-misteri yang mengancam nyawa mereka di desa tersebut







Nyawa

Bercerita tentang cewek psycho yang melakukan kegiatan-kegiatan mengerikan di malam hari, terutama pada kuburan yang berada di samping kos-kosannya






Tsugaeda

Rencana Besar


Novel ini mengambil tema Corporate Thriller, bisa dibilang mengambil tema yang cukup unik. Novel ini bercerita tentang Makarim seorang konsultan yang ditugasi untuk menyelidiki sejumlah dana yang hilang dari sebuah bank besar di Indonesia.


 


Rizky Ridyasmara

Jakarta Secret


Novel ini bercerita tentang teori konspirasi yang ada di Jakarta, si penulis membuat setiap bangunan-bangunan bersejarah memiliki arti dengan simbol-simbol kuno luar negeri


 



Windry Ramadhina

Metropolis


Salah satu favorit saya, novel ini bercerita tentang pembunuhan berantai yang terjadi pada para pimpinan mafia yang dilakukan oleh anak yang selamat dari kelompok mafia lawannya, cerita menjadi rumit karena banyak tokoh yang terlibat





Anastasia Aemilia

Katarsis

Bercerita tentang seorang gadis yang tumbuh dengan kebencian dan kemarahan pada dirinya dan keluarganya, si gadis pun menjadi pembunuh berdarah dingin yang mengungkap masalalu kelam keluarganya







Eddie Sidunatta

Projek Maut


Ini tentang sebuah skandal besar dibalik projek transportasi massa yang akan dibuat di Jakarta, belakangan terjadi pembunuhan berantai yang melibatkan para pejabat tinggi






Christian Armantyo

Tangan Kelima


Novel ini bercerita tentang anakmuda yang secara tiba-tiba menemukan sebuah mobil antik di garasi, menelusuri STNK dari mobil tersebut si anakmuda melakukan petualangan-petualangan tak terduga yang membawanya menghadapi para mafia

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

Saturday, July 4, 2015

Tentang Plot Twist



Unsur kejutan adalah wajib dalam dunia fiksi, tanpa kejutan tidak akan ada rasa penasaran, tidak ada sensasi, rasa suka apalagi kegembiraan.

Dan dalam fiksi thriller, unsur kejutan atau kita sebut dengan plot twist hukumnya wajib, fardhu ain, karena tanpa plot twist cerita thriller tidak akan bisa disebut sebagai thriller.

Di bawah ini adalah jenis-jenis plot twist yang bisa kamu gunakan dalam penulisan cerita fiksi


Anagnorisis, atau istilah keren untuk sebuah 'penemuan'

Di mana si protagonis dalam petualangannya 'menemukan' fakta yang mengejutkan, bahwa gagasan yang selama ini dia percayai (baik itu tentang dirinya atau sesuatu diluar dirinya) ternyata salah.

Contoh di film Sixth Sense, si karakter utama bertemu dengan seorang bocah yang bisa berkomunikasi dengan hantu, mereka pun bersama-sama berpetualang memecahkan kasus, namun diakhir cerita ternyata si karakter utama adalah hantu dari orang yang sudah mati.

Begitupula dengan film The Others, dimana seorang Ibu muda, merasa rumah yang ditinggalinya diteror oleh hantu, namun diakhir cerita justru mereka hantunya, dan yang meneror mereka selama ini justru adalah manusia yang masih hidup.


Flashback

Tentu saja, kita semua tahu tentang Flashback, dalam plot twist biasanya Flashback disajikan untuk mengungkap fakta yang sebelum tidak diketahui oleh pembaca atau penonton.

Kejadian penting selama ini tidak terlihat, atau alasan (sebab-akibat) kenapa sebuah kejadian terjadi diputar ulang. Flashback juga digunakan untuk mengungkap identitas sebenarnya dari karakter-karakter yang ada dalam cerita.

Contoh, pada karya-karya detektif fiksi. Biasanya, di akhir cerita sang detektif akan memaparkan deduksi finalnya untuk mengungkap siapa pelaku, setelah itu pelaku akan memaparkan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu dengan sebuah flashback versinya sendiri.


Unreliable narrator

Narator yang tak dapat diandalkan, atau saya lebih suka menyebutnya trik narasi atau narator penipu.

Narator akan bercerita panjang dari A sampai Z apa yang terjadi, namun ternyata semua yang diucapkan si narator dari A sampai Z adalah kebohongan untuk menyelematkan dirinya sendiri.

Contoh untuk Unreliable narrator adalah The Usual Suspects, sang polisi menangkap satu orang penjahat yang berhasil selamat dari sebuah baku tembak yang terjadi di pelabuhan, si penjahat yang selamat inipun menjelaskan panjang apa yang terjadi.

Dia menyebut siapa pimpinannya, dan bagaimana mereka membuat perencanaan aksi kejahatan, mereka diancam oleh seorang kepala mafia yang tidak terlihat, si mafia mengancam mereka untuk melakukan aksi pembunuhan, jika tidak keluarga mereka akan dihabisi.

Cerita bergulir dari A sampai Z hingga seluruh anggota Kru itu tewas di Pelabuhan, si saksi pun dibebaskan karena tidak tahu siapa boss mafia yang dimaksud. Namun ternyata diakhir cerita justru si narator (si saksi) tersebut adalah bos mafia yang selama ini berada dibalik tirai.


Peripeteia

adalah solusi yang tidak terduga, solusi yang membalik keadaan, dan biasanya memberi keuntungan (atau menyelematkan) si karakter protagonis.

Peripeteia mirip dengan Deus ex machina, solusi yang mengejutkan bagi permasalahan yang begitu pelik, namun bedanya dengan Deus ex machina, Peripeteia haruslah berada dalam kerangka logis (sebab-akibat) yang sudah dalam cerita. 

Contoh dari Peripeteia adalah The Game, film yang bercerita tentang orang kaya yang ikut dalam sebuah permainan psikologis yang sangat mahal, si orang kaya dibawa ke dalam rangkaian kejadian yang sangat menekan mentalnya, membuatnya nyaris gila hingga diklimaks cerita saat orang-orang The Game memojongkannya di atap gedung, dia menembakan pistol yang ternyata mengenai tubuh saudara yang selama ini menyiapkan kejutan.

Si orang kaya pun berdiri ditepian dan memutuskan untuk melompat mengakhiri hidupnya, namun ternyata dibawah mereka telah menyiapkan balon raksasa untuk menahan tubuhnya, dan dibawah sana mereka telah menyiapkan pesta ulang tahun termahal yang pernah dialami si orang kaya. Dan rangkaian peristiwa itu menjadi sebuah lingkaran penuh yang dapat dijelaskan kenapa itu bisa terjadi.


Deus ex machina

Atau dalam bahasa latinnya Dewa yang keluar dari mesin (mekanisme) yaitu solusi yang benar-benar tidak terduga sebelumnya yang membali keadaan. Deus ex machina, biasanya adalah penyelesai (perkara) cerita dengan cara yang ekstrim, atau dalam bahasa saya adalah 'kebetulan' yang sangat ngeselin.

Contoh untuk Deus ex-machina adalah karya-karyanya Sidney Sheldon; Memories of midnight, Nothing Last Forever, Are you afraid of the dark, dan sebagainya. Konflik-konflik yang dialami si karakter protagonis biasanya begitu pelik seolah nyaris tanpa solusi, namun kemudian diakhir cerita solusi itu muncul dengan mengejutkan, misalnya Memories of midnight, dimana si penjahat utama yang dengan bangganya bisa lolos dari pengadilan, namun ketika pulang dari pengadilan si sopir justru membawa si antagonis untuk terjun ke jurang bersama-nya. Solusi yang sangat ngeselin.


Poetic Justice

Keadilan yang puitis atau orang awam sering menyebutnya 'Hukum Karma'. Perbuatan jahat akan dibalas kejahatan, dan perbuatan baik akan dibalas kebaikan. Contohnya, ketika seorang penjahat menyiapkan sebuah perangkap, justru diakhir cerita dialah yang jatuh dalam perangkapnya sendiri dan mati.

Plot twist seperti ini biasanya terdapat pada cerita-cerita romansa, atau sinetron-sinetron yang biasa anda lihat di televisi. Tapi satu contoh yang menarik menurut saya untuk tipe ini adalah film The Scream idenya tentang seorang penjahat yang berniat ingin membunuh orang demi ketenaran, namun pada akhirnya justru para pelaku kejahatan itulah yang terbunuh, bahkan oleh protagonis yang tampaknya tak dapat membela dirinya sendiri.


Chekhov's Gun

Saya menyebutnya, Plot twist 'nembak'. Singkatnya, karakter yang tidak penting atau hal yang tidak penting diawal-awal cerita justru adalah kunci dari akhir cerita.

Contoh untuk Chekhov's Gun adalah serial Scooby-Doo, di awal cerita biasanya muncul karakter gaje yang nggak penting dalam cerita, lalu setelah itu muncul karakter penjahat utama bertopeng yang menakuti Kru Mystery Machine. Penyelidikan demi penyelidikan terus berjalan hingga akhirnya mereka membuat perangkap dan berhasil menangkap penjahat bertopeng hantu tersebut yang ternyata adalah karakter gaje di awal cerita, biasanya mereka adalah penjaga hotel, peramal, seorang guru, dan karakter-karakter yang hanya muncul sekilas di awal.

Contoh lain Chekhov's Gun adalah sebuah palu kecil yang diberikan penjaga ke protagonis di dalam penjara di film Shawshank Redemption, selama perjalanan cerita tidak dijelaskan untuk apa palu kecil tersebut, hingga diakhir cerita ternyata palu itu digunakan oleh si protagonis untuk menggali lubang selama bertahun-tahun untuk meloloskan diri dari penjara. Berbeda dengan plot twist lain, seperti Peripeteia dan Anagnorisis, peristiwa yang terjadi di anti-klimaks justru tidak ada petunjuk sama sekali, sekalipun ada semua benar-benar tidak berarti, karena itulah mereka menyebutnya Chekhov's Gun - plot twist yang nembak "Dorrr!"


Red Herring

Petunjuk yang salah atau kita lebih sering menyebutnya 'tersangka yang salah'. Kasus ini sering kita temui dalam dunia crime thriller, dimana tersangka yang selama ini dibeberkan oleh narator, ternyata bukanlah tersangka (pelaku) yang sebenarnya. Dibanding dengan tipe plot twist yang lain, Red Herring hukumnya wajib bagi anda yang ingin membuat cerita misteri / fiksi detektif.

Contoh yang paling terkenal untuk Red Herring adalah Aringarosa dari Da Vinci Code - Dan Brown. Aringarosa, orang yang menyuruh pembunuh bayaran untuk menghabisi kurator museum, Aringarosa yang mengejar harta karun tersembunyi, namun ternyata Aringarosa bukanlah penjahat yang sebenarnya, ada orang lain lagi di belakang dirinya yang menarik benang.


In Medias Res (langsung ditengah peristiwa)

Pembukaan cerita dimulai tepat ditengah-tengah konflik atau bahkan tepat ditengah adegan klimaks. Selanjutnya, cerita berjalan mundur / Flashback bagaimana si tokoh bisa berada di posisi tersebut.  

Untuk In Medias Res, ada begitu banyak contoh film di era modern ini yang memakai metode tersebut. Tapi, satu yang paling saya ingat adalah adegan dramatis Trinity yang dikejar oleh Agent di film Matrix Reloaded. Trinity melompat menembus kaca dan meluncur ke bawah dalam adegan lambat, pecahan kaca beterbangan seperti hujan kristal, dan peluru yang ditembakan si Agent bergerak lambat menembus perut Trinity. Namun kemudian layar berganti ke masa lalu sebelum mereka sampai di adegan tersebut.


Nonlinear Narrative dan Reverse Chronology

Nonlinear Narrative yaitu narasi cerita yang tidak urut dalam satu garis waktu/kronologi, sehingga membuat cerita seperti kepingan puzzle yang harus disusun oleh pembaca/penonton sendiri untuk memahami keseluruhan cerita secara utuh. Dalam kasus Nonlinear, twist ending muncul akibat informasi yang tertahan sampai di klimaks cerita, yang membuat tempat, tokoh, ataupun kejadian bisa terlihat dari perspektif yang berbeda. 

Sedangkan Reverse Chronology memiliki kasus yang hampir sama dengan Flashback dan In Medias Res, hanya saja Reverse Chronology benar-benar dimulai dari adegan anti-klimaks yang kemudian berputar menuju ke sebab terjadi event tersebut. Untuk Non-linear Narative contohnya adalah The Odysey dimana sang narator bercerita tentang masa lalu melompat dari satu kejadian ke kejadian yang lain tanpa garis waktu yang lurus. Sedangkan untuk Reverse Chronology contoh paling terkenalnya adalah Memento dari Christopher Nolan, kisah tentang seorang laki-laki yang kehilangan ingatan yang mencoba menelusuri kembali ingatan dari kejadian penting yang dialami sebelumnya.

.  .  .


Sekian untuk kali ini, salam Ftrohx

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx

Friday, July 3, 2015

'Jurassic World'; Menyulap Ide Konyol Jadi Brilian




Waktu nonton ini di bioskop, ekspektasi di kepala sudah pada level paling bawah. Hampir nggak mungkin filmnya bakal bagus. Alasannya ada dua. Pertama, Jurassic Park itu sebetulnya sudah selesai sejak film pertama. Tuntas, beres, kelar. Nggak ada lagi yang perlu diceritain. Memangnya apalagi yang bisa dilakukan dinosaurus-dinosaurus ini? Kita udah lihat semuanya. T-Rex ngamuk. Raptor menerkam manusia-manusia figuran. Si dino yang itu makan daun, si dino yang ini minum air, si dino yang di sana… well…berdiri. What else?  

Itu sebabnya dua sekuel yang muncul kemudian nggak ada yang istimewa. The Lost World masih lumayan, tapi JP III benar-benar kacau balau. Ketika Alan Grant ketiduran di pesawat lalu kebangun gara-gara ada Raptor manggil-manggil namanya dia, kita yang nonton scene mimpi absurd ini pun bertanya-tanya, apakah penulis skrip aslinya udah mati dimakan raptor, dan apakah sekarang cerita dari film ini dilanjutkan oleh seekor reptil?

Alasan kedua adalah bocoran-bocoran yang muncul sebelum JW (Jurassic World) keluar bilang kalau film keempat ini akan menghadirkan dua ide yang sekilas terdengar tidak pintar, yaitu:
  1. Antagonisnya adalah spesies baru hasil rekayasa genetik, campuran dari berbagai macam dinosaurus and hewan-hewan lain.
  2. Raptors berkawan dengan manusia.

Kenapa dua ide ini nggak pintar? Premis membuat spesies baru hasil eksperimen lab dengan menggabung-gabungkan hewan lain itu kedengeran seperti skenario film-film kelas B murahan. Tahu Sharktopus? Atau film apa tuh yang piranha-piranha berkaki? Yah, nggak ada yang salah sih dengan film-film itu. Saya juga penonton setia dari film-film monster absurd macam itu. Cuma ciri khas dari film kelas B adalah dia harus ditonton setelah sebelumnya kau taruh dulu otakmu di kulkas. Karena nggak bakal ada cerita masuk akal di sini. Kita nonton cuma karena pengen lihat orang dimakan sama monster (sambil kita ngemil Chitato). Nah, pertanyaannya, mosok Jurassic World yang kisah muasalnya adalah fiksi sains brilian bakal turun kasta jadi film semacam itu? Apa kata Michael Crichton di alam kubur?

Ide membuat raptors jadi jinak juga bermasalah. Kekuatiran terbesarnya adalah kalau film ini bakal jadi semacem Free Willy, atau Air Bud. Orang-orang dulu suka sama JP gara-gara tertarik dengan sosok Raptors yang menakutkan, yang berburu berkelompok dan suka makan orang hidup-hidup dengan mengoyak perut terlebih dulu. Jadi akan menyedihkan kalau sekarang hewan-hewan ini muncul lagi and ternyata jadi semacam chihuahua.

Tapi hey, filmnya ternyata melebihi ekspektasi. It’s actually good! Jauh lebih baik daripada sekuel-sekuel sebelumnya. Jadi, mari kita lihat, apa ya yang membuat dia bisa keluar dari jebakan ide konyol dan menyulapnya jadi tontonan yang seru dan menarik? Paling tidak, menurutku, dua poin masalah yang udah disebutin sebelumnya bisa  mereka jawab dengan satu muara: do not take any shortcuts. Jangan ambil jalan pintas dalam bercerita, terutama jika idemu rada-rada bizzare. Jika ingin menghadirkan suatu plot yang ide besarnya saja sudah bikin orang lain menaikkan alis mata, kau harus telaten menguraikannya sampai ide itu terasa makes sense.

Indominus Rex adalah Konsekuensi Logis
Di sini sebenarnya ada jalan pintas yang bisa diambil untuk menjelaskan Indominus Rex. Kenapa kok bisa diciptain suatu makhluk baru separo T-Rex, lebih ganas dari T-Rex, lebih besar, bisa kamuflase dengan alam sekitar, cerdas, and kejam? Kenapa perlu ada?


Jalan pintas ini misalnya dengan menjelaskan kalau Indominus Rex lahir gara-gara taman mempekerjakan seorang ilmuwan nyentrik gila yang punya fantasi untuk nyiptain monster paling bangsat yang pernah ada. Apa alasannya? Ya, karena dia gila. Udah.

Tapi JW jeniusnya tidak mengambil jalan yang itu. Dia dengan sabar memilih jalur lain, lebih panjang, yang menceritakan alasan sebenarnya adalah ketakutan pengelola taman akan tingkat kunjungan yang terus menurun. Taman perlu atraksi yang lebih dahsyat, hewan yang lebih serem, lebih besar, lebih ganas. Maka, rekayasa genetik pun dikerjakan.

Lalu kemampuan-kemampuan Si I-Rex (hehe) ini pun semua dijelaskan bukan karena pembuatnya iseng, tapi lebih pada akibat-akibat tak direncanakan dari usaha menutupi kelemahan alamiah rekayasa genetik. Misalnya, kemampuan kamuflase tak pernah direncanakan. Tapi ternyata dia muncul gara-gara ada gen cumi-cumi yang dulu dimaksudkan buat mempercepat pertumbuhan. Interesting, eh? Jadi JW berhasil meyakinkan kalau I-Rex memang makes sense buat dilahirkan di taman. Dia ada karena suatu tujuan yang jelas, dan berubah jadi bencana karena alasan yang masuk akal.

How To Train Your Raptors?
Soal Raptors, JW juga punya pilihan untuk mengambil jalan pintas. Mungkin pengelola taman menemukan cara untuk menghilangkan elemen agresivitas, atau dengan memberi kode genetik tertentu sehingga mereka nggak doyan manusia, atau bisa juga dengan perkawinan-perkawinan silang hingga mencapai suatu spesies yang domesticated. Itu semua masuk akal. Manusia pernah mengubah serigala-serigala jadi anjing rumahan. Maka kita juga bisa-bisa aja mengubah Raptors jadi Pokemon.



Tapi JW sekali lagi nggak memilih jalan pintas. Dia malah mengadopsi apa yang terjadi di alam liar buat diterjemahin ke interaksi antara Owen Grady, si mantan marinir, dengan keempat raptors dalam pengawasannya. JW mengambil interaksi yang biasa terjadi di komunitas hewan predator berkelompok seperti serigala atau orca, untuk menggambarkan hubungan antara Owen dengan para Raptors. Owen hanya akan dihormati jika dia bisa menunjukkan kalau dia memang si alpha, atau pemimpin kelompok. Kalau sedikit saja Owen ragu atau kelihatan lemah, maka dia mati. Ini dinamika yang sangat menarik, dan benar-benar membuka kemungkinan-kemungkinan baru akan relasi manusia dengan dinosaurus yang bisa terus digali. Akhirnya memang nggak semudah itu menjaga hubungan dengan Raptors, karena watak alamiah mereka yang liar. Ini yang membuat ceritanya menarik.

Gali, gali dan gali
Pembuat cerita yang baik perlu sabar untuk menjabarkan apa-apa aja yang mau dia ceritakan. Kadang-kadang sebuah cerita berawal dari ide yang keren tapi hasil akhirnya buruk gara-gara gagal diuraikan. Kegagalan itu biasanya terjadi gara-gara penulisnya tergesa-gesa dalam membuat penjelasan dan akhirnya memilih jalan pintas. 


Kesabaran dalam menggali lebih dalam lagi bisa membuat ide yang biasa aja menjadi istimewa. Bahkan di kasus JW ini kita bisa lihat gimana ide yang konyol ternyata bisa jadi bagus.

Jadi, terus gali, kawan.
tsugaeda

Mengenal Genre Novel Thriller




Ketika membuka novel thriller, maka yang terbayang adalah adegan kejar-kejaran, mungkin tembak-tembakan, mungkin juga misteri rumit yang harus dipecahkan, bisa juga adegan menakutkan, dan masih banyak lagi hal-hal seru yang menguras adrenalin. Novel genre ini memang sangat luas temanya. International Thriller Writers (http://thrillerwriters.org/aboutitw/), asosiasinya penulis Thriller Internesional--mengatakan novel thriller mencakup cerita bertema pembunuhan, misteri, detektif, suspense, horor, supranatural, spionase, kriminal, perang, petualangan, dan tema-tema semacam itu.

Meski temanya beragam, novel genre ini punya banyak kesamaan. Antara lain: tempo cerita yang cepat, narasinya sederhana dan tidak berbunga-bunga, punya banyak adegan action, punya plot twist, mampu membangkitkan ketegangan, kengerian, dan berusaha membuat adrenalin pembaca mengalir deras.

Dalam perkembangannya, genre triller membentuk banyak sub genre. Sub-genre tersebut terbentuk karena banyak pihak yang berkepentingan untuk memecahnya menjadi kelompok yang lebih spesifik. Penerbit misalnya, perlu untuk menandai ciri-ciri novel yang akan ia sasar. Toko buku perlu untuk kepentingan pencatatan gudang juga penempatan buku di rak. Demikian pula dengan pembaca dan penulis.

Ketika membeli novel, pembaca pasti punya perkiraan tentang cerita yang ia harapkan. Bagi pembaca, membeli novel mirip dengan memesan makanan. Ketika memesan pizza misalnya, maka ia akan berharap disuguhi roti berbentuk bundar dan tipis untuk pizza ala Italia atau agak tebal untuk pizza ala Amerika. Makanan tersebut harus punya rasa yang gurih, asin, dan berkeju. Mungkin akan ada sayur, ikan, ataupun sosis. Seandainya pesanan yang datang berbentuk roti bulat, agak tebal, berminyak, dan berisi keju, kacang, dan coklat, maka si pemesan pasti akan protes. Ia pesan pizza bukan martabak.
beda genre
Meski sama-sama terbuat dari tepung dan berbentuk bulat, tapi martabak dan pizza berbeda jenis.

Demikian pula dengan pembaca. Ketika seorang pembaca membeli buku bergenre spy misalnya, maka ia akan berharap tokoh dalam cerita adalah seorang agen rahasia dan novel itu akan bercerita tentang kehidupan, pekerjaan, dan konflik seputar dunia intelijen rahasia. Karena itu pembaca perlu punya pengetahuan tentang genre.

Di sisi lain, penulis juga perlu paham genre novel yang ia tulis karena penulislah koki dari novel. Penulis memang harus kreatif, tetapi sebaiknya melihat juga pola dan batasan-batasan dari genre yang ia tulis. Jangan sampai ia membuatkan martabak kepada para pemesan pizza. Begitulah. Mengetahui sub-genre berguna agar tidak kecele.

Berikut ini beberapa sub-genre thriller/suspense yang kudapat dari berbagai sumber:

Conspiracy-Thriller: Sub genre ini punya ciri protagonisnya berkonfilk dengan kelompok besar dan berkuasa. Di dalam cerita, sang protagonis biasanya dianggap ancaman yang harus dilenyapkan oleh kelompok tersebut  karena sang protagonis mengetahui rahasia atau kejahatan kelompok tersebut.

Crime: Crime atau cerita kriminal bisa bercerita tentang kehidupan seorang penjahat atau tentang misteri suatu kejahatan yang harus dibongkar. Untuk hal yang terakhir, sub-genre ini tumpang tindih dengan sub-genre detektif.

Disaster: Biasanya bercerita tentang perjuangan protagonis saat berhadapan dengan bencana, bisa bencana alam seperti badai, gempa bumi, dan  lain-lain, bisa juga kecelakaan atau musibah yang disebabkan oleh manusia seperti kecelakaan pesawat, kapal, wabah penyakit, dan lain-lain.

Eco-Thrillers: Bencana lingkungan yang disebabkan oleh ulah sekelompok orang menjadi tema utama. Protagonis dalam cerita ini biasanya berjuang untuk memperbaiki masalah itu sekaligus berjuang melawan  orang atau kelompok yang bertanggung jawab atas terjadinya bencana.

Spionase/Spy-Thrillers: Novel spionase biasanya bercerita tentang konflik antara seorang agen atau dinas intelijen rahasia melawan agen atau dinas intelijen rahasia lainnya. Sering juga yang menjadi lawannya adalah kelompok teroris.

Horor: Cerita untuk menakut-nakuti pembaca. Sering menampilkan monster seperti vampir atau drakula atau tokoh yang jahat bak monster. Ketakutan, adegan kekerasan, dan pembunuhan menjadi komponen penting dalam genre ini.

Legal-Thrillers: Pengacara dan ahli hukum menjadi tokoh utama di sub-genre ini. Konflik bisa terjadi di dalam ataupun luar ruang sidang.

Medical-Thrillers: Tema cerita seputar ancaman dari dunia kesehatan--seperti virus. Menampilkan dokter atau ahli kesehatan lain sebagai karakter utama.

Military: Temanya berkisar tentang usaha seorang atau kelompok pasukan khusus dalam menjalankan misi--biasanya untuk melumpuhkan musuh.

Police Procedural: adalah cerita detektif untuk mengungkap sebuah kasus yang dibuat sedemikian rupa sehingga mengikuti prosedur yang dilakukan polisi di dunia nyata.

Political Intrigue: Bercerita tentang konflik di sekitar dunia politik. Karakter utama biasanya anggota suatu kelompok politik dan berusaha untuk menghilangkan ancaman yang menerjang kelompoknya.

Psychological: Kejiwaan dan ketidakstabilan mental karakter menjadi komponen utama dalam genre ini.

Supernatural/Paranormal: Genre ini beririsan dengan genre fantasi. Tokoh dalam cerita ini-- entah itu protagonis, antagonis, atau mungkin keduanya--punya kekuatan supranatural.

Technological/Techno-Thrillers: Terima kasih buat om Tom Clancy yang telah menciptakan sub-genre ini. Genre ini juga sering beririsan dengan science-fiction. Dalam cerita techno-triller, teknologi menjadi komponen penting. Biasanya konflik terjadi karena terciptanya atau ditemukannya teknologi baru, contohnya komputer super yang bisa berpikir seperti manusia dan ingin menguasai dunia, atau teknologi untuk menciptakan manusia super.

Referensi:

Ronny Mailindra

Ronny Mailindra adalah penulis novel thriller dan fantasi. Berdomisili di Bandung, penyandang gelar M.Sc. in eBusiness ini sehari-hari bekerja sebagai software engineer.

Wednesday, July 1, 2015

Interview with Windry Ramadhina


Author of Metropolis: Sindikat 12
Windry Ramadhina. Sumber: Goodreads

Windry Ramadhina menulis novel Metropolis, sebuah novel yang bercerita tentang sindikat pengedar narkoba di Jakarta yang bernama Sindikat 12. Kalau kau suka cerita tentang pertarungan polisi melawan sindikat narkoba, boleh coba baca novel ini.

Berikut ini wawancara FTROHX dengan Windry (WN):


1. Sejak kapan anda mulai suka menulis cerita?

WN : Aku senang bercerita sejak kecil, TK mungkin. Awalnya secara lisan, seperti berdongeng. Lalu, saat SD aku bercerita lewat komik sampai SMU. Saat kuliah senang menulis naskah untuk komik. Mulai menulis fiksi dalam bentuk cerpen/ novel sejak pertengahan 2007 lewat kemudian.com.


2. Beberapa penulis yang saya kenal jebolan Kemudian.com memilih membuat novel bergenre fantasi, kenapa Mba bisa menjadi penulis crime thriller?

WN : Pada masa aku aktif di kemudian.com (2007-2009), fiksi fantasi belum menjamur seperti sekarang, malah belum ada setahuku. Kebanyakan penulis kemudian.com saat itu mengarah ke sastra dan mainstream romance atau di pertengahan itu. Banyak karyakarya eksperimental yang terinspirasi dari tulisantulisan Dee, Ayu Utami, Djenar, Nukila. Aku mengawali dari mainstream romance, mencicip sastra, dan mencoba thriller.


3. Kebanyakan para penulis membuat sebuah novel karena kegelisahan yang dia rasakan, btw Apa yang membuat Mba menulis novel Metropolis?

WN : Dari kecil aku suka membaca dan menonton kisah thriller, detektif, dan hukum. Jadi, pada dasarnya aku tertarik pada tema itu. Sebelumnya aku tidak tahu apa-apa tentang narkoba, gangster, dan penyidikan. Tapi karena tertarik, aku rela riset. Sekalian, aku mau mencoba kemampuanku menulis sesuatu yang beda dari novel sebelumnya/ cerpen yang pernah kutulis. Seingatku sih, aku nggak gelisah mengenai isu konflik dalam Metropolis kecuali pertanyaan" semacam mengapa penjahat dalam kisahkisah yang kubaca/kutonton selalu tidak simpatik?


4. Kenapa judulnya Metropolis kenapa enggak Sindikat 12 atau yang lainnya?

WN : Judul Metropolis kuambil dari salah satu lagu Laruku. Buatku kata itu menggambarkan karakter ceritanya.


5. Penulis biasanya menggunakan pattern dari novel sebelumnya untuk menciptakan novelnya, tapi di Indonesia bisa dibilang (di Era ini) hampir enggak ada penulis novel crime thriller? btw Buku apa yang menginpirasikan anda dalam membuat Metropolis?

WN : Aku lebih suka menonton daripada membaca. Aku banyak membaca, tapi aku lebih banyak lagi menonton. Selama ini aku lebih sering menulis sambil membayangkan kisah itu secara visual daripada sebatas narasi. Kalau ditanya buku apa yang menginspirasi Metropolis, nggak ada. Kalau ditanya film apa, jawabannya Infernal Affairs yang dimainkan Tony Leung (di US diadaptasi menjadi The Departed, dimainkan DiCaprio).


6. Novel metropolis lumayan berat untuk bacaan anak muda, kasih tips donk Mba gimana caranya bikin permainan logika dan plot twist / sebagai contoh misalnya dalam Metropolis?

WN : Untuk menjaga logika dalam kisah, penulis harus sangat sensitif terhadap hubungan sebab-akibat. Segala hal harus masuk di akal dan penulis tidak boleh ambil jalan pintas hanya karena tidak sabar menciptakan rantai sebab-akibat itu. Sementara, untuk plot twist, pastikan kita punya banyak simpanan kejutan dan pastikan juga kita tahu kapan kejutan itu dimunculkan. Apakah sebagian dan diawali petunjuk" kecil atau langsung menggebrak.


7. Berapa lama anda membuat novel Metropolis? Dan kendala apa yang paling banyak anda hadapi saat menciptakannya?

WN : Kalau nggak salah, aku menulis Metropolis selama 9 bulan (di luar riset dan plotting awal). 3 bulan pertama, aku menulis cepat. 3 bulan berikutnya, aku merombak/ menulis ulang. 2 bulan berikutnya lagi aku mengedit. 1 bulan terakhir aku mengedit lagi. Kendala paling besar adalah plotting. Karena konfliknya berlapis, tidak linear, dan tokohnya banyak. Jadi, aku mengubah plot berkali-kali sampai menurutku pas.


8. Bram, Blur, Joham, Burhan, Saada, dsb. novel ini bisa dibilang di dominasi oleh karakter laki-laki atau lebih tepatnya novel Metropolis ini LAKI banget menurut saya, gimana caranya Mba kok bisa mendalami karakter-karakter LAKI seperti itu? Apa memang sudah insting anda atau alter Ego?

WN : Biasanya, saat menulis, aku akan berlagak menjadi tokoh itu. Maksudku, aku menjadi dia, berpikir seperti dia, berlaku, bicara dgn gaya dia, dll. Itu aku pelajari dari seni peran. Aku sempat belajar teater, untunglah. Saat kita menjelma tokoh itu, segala hal yg kita tulis: plot, pembuatan karakter, pemilihan kata, bentukbentuk kalimat, semua akan menyesuaikan secara sendirinya. Selain itu, aku membiasakan mengkonsumsi bacaan dan tontonan lakilaki atau yg bernuansa seperti Metropolis. Waktu itu aku banyak belajar dari film" coppola, novel dan film Black Dahlia, departed, infernal affairs, dan semacamnya.


9. Di Indonesia banyak penulis novel, tapi enggak semua penulis novel kuliah di Universitas Indonesia kan? apalagi jurusan Arsitektur? pertanyaan saya seberapa besarnya background pendidikan seorang 'penulis' mempengaruhi kualitas novel yang dia buat? menurut anda gimana?

WN : Pendidikan pasti berpengaruh. Lebih tepatnya, sih pengetahuan karena itu memengaruhi cara seseorang berpikir. Misalnya, aku belajar arsitektur yang fokus pada--salah satunya--struktur. Itu membuat aku secara tidak sadar membuat plot yang terstruktur pula. Menurutku, bukan tinggi-rendahnya pendidikan kita yang berpengaruh. Tapi, karakter pendidikan. Dan, itu tidak mengarah pada baik-tidak, bagus-buruk, melainkan mengarah pada karakter tulisan kita. Mengenai kualitas, secara spesifik, yang berpengaruh adalah pengetahuan kita tentang tulis-menulis dan sebanyak apa kita membaca.


10. Pertanyaan terakhir, sesuatu yang sering menghantui saya; menurut Mba Windry Apakah seorang penulis dengan (background pendidikan) yang biasa-biasa aja bisa menciptakan karya best seller?

WN : Tentang bestseller, nggak ada aturan pasti. Market susah ditebak. Apa yang kita pikir nggak akan laku bisa malah sebaliknya. Kurasa nggak ada hubungannya dengan pendidikan. Konon, kalau mau menulis buku laris, harus banyakbanyak baca buku laris. Aku sendiri prefer menulis apa yang perlu kutulis, bukan apa yang berpotensi laris.

Terima kasih, Mba Windry sudah memberi waktu untuk wawancara ini.

Selain menulis thriller, Windry banyak menulis novel roman, seperti Montase, Memori, dan London. Untuk berkenalan lebih dekat, bisa berkunjung ke website pribadi Windry di : http://www.windryramadhina.com

ftrohx

twitter saya ; @ftrahx